Kawah Belerang, demikian orang menyebut obyek wisata di puncak gunung yang terletak di ujung timur Pulau Jawa itu. Terletak di Gunung Ijen dengan ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut. Banyak orang menyebutnya sebagai tempat terindah setelah Gunung Bromo.
Kawahnya berbentuk elips, ukurannya sekitar lebih dari 960 x 600 meter. Ketinggian permukaan air danau kurang lebih 2.140 metr di atas permukaan laut (mdpl), merupakan danau terasam di dunia dengan ph 0,5, dan sulfatara kedalamannya mencapai 200 meter.
Lokasinnya, masuk wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Danau mengandung kira-kira 36 juta meter kubik air asam beruap, diselimuti kabut berbau belerang berputar-putar diatasnya.
Medan pendakian menuju Kawah Ijen tergolong sulit dan terjal. Namun, jika sudah mencapai puncak, rasa lelah saat pendakian akan sirna dengan indahnya panorama saat berada di puncak gunung. Pendaki bisa melihat hamparan luas Selat Bali, serta gugusan gunung lainnya sekitar Ijen, yakni Gunung Merapi, Gunung Widodaren, Gunung Ranti dan Gunung Papak.
Vegetasi khas juga tumbuh di gunung ini, Edelweis misalnya. ‘Bunga abadi’ itu hanya terdapat di gunung penghasil belerang ini. Dan hanya dijumpai di sepanjang bulan Juli hingga September saja.
Untuk jalur pendakian menuju puncak bisa dimulai dari Pos Paltuding, yakni pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen, yang juga Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam).
Dari Pos Paltuding, pendaki harus berjalan kaki sekitar lima kilometer, itu lintasan awal yang cukup berat dengan menanjak di kemiringan 25 hingga 35 derajat. Kemudian masuk lokasi kawah, berpasir.
Lokasi ini, banyak menarik minat wisatawan mancanegara. Mereka, umumnya melakukan pendakian pada pagi hari. Tujuannya, bisa menikmati indahnya matahari terbit di kawah belerang yang indah.
Sulitnya medan pendakian memunculkan beragam usulan dari para pengunjung, misalnya berharap ada jasa sewa kuda untuk bisa mencapai puncak gunung dan mendekati kawah. Terkait itu, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, Lutvie Rahmad sebagai pengelola mengaku memahami masukan tersebut.
“Itu harus dilakukan melalui pembelajaran, perbandingan serta membahas teknis dan lainnya. Termasuk memikirkan bagaimana pembuangan kotoran kuda, sehingga tidak mengganggu aktivitas pendakian pengunjung,” katanya.
Kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah meningkatkan status Gunung Ijen dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sejak Minggu 18 Desember 2011.
BNPB pun mengimbau kepada masyarakat di sekitar Kawah Ijen, pengunjung, wisatawan dan penambang belerang tidak boleh melakukan pendakian hingga radius 1,5 km dari kawah Gunung Ijen.